Seorang investor saham, sebaiknya mengukur kinerja portofolionya dan membandingkannya dengan sebuah indeks saham. Di Indonesia kita bisa bandingkan kinerja portofolio kita dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Lalu hingga pertengahan tahun 2023 ini, bagaimana kinerja portofolio saham saya? Yuk kita bahas!
Mengukur kinerja portofolio penting dilakukan untuk melihat apakah sekumpulan saham yang kita masukkan ke dalam portofolio performanya mampu menandingi kinerja IHSG.
Meskipun sebetulnya, target pertumbuhan portofolio itu subjektif, tapi setidaknya dengan ada pembanding kita bisa terpacu untuk mencetak performa yang lebih baik.
Saya pribadi punya target pertumbuhan portofolio cukup konservatif, sekitar 10-15% per tahun. Ini sudah termasuk dividen.
Jadi anggaplah portofolio saham saya secara keseluruhan menghasilkan dividend yield sebesar 7%, maka saya hanya perlu berusaha untuk menumbuhkan portofolio 8% sisanya. Ini cukup realistis dan dapat dicapai.
Maka dari itu mayoritas saham-saham yang ada di portofolio saya memiliki dividend yield di atas 5% untuk mencapai tujuan tersebut.
Oke sekarang kita bahas kinerja portofolio saham saya.
Hingga akhir Juni 2023, portofolio saham saya masih minus sekitar -4.79%, jauh di bawah IHSG yang berada di -2.76%. Sekilas, kinerja portofolio saya terlihat underperform, namun ijin kan saya ceritakan kisah dibalik angka-angka tersebut.
Penurunan kinerja hingga akhir Juni 2023 dikarenakan harga saham PTBA anjlok sebesar -30% karena diumumkannya dividen yang cukup besar sebesar Rp1094.
Pada saat itu porsi PTBA di portofolio sekitar 20%, sehingga saat PTBA terkena ARB dua kali saat Ex-Date penurunannya cukup berdampak signifikan terhadap kinerja portfolio.
Saya memutuskan mengambil dividen PTBA karena harga rata-rata masih cukup oke di sekitar Rp2680, jadi ARB dua kali yang terjadi saat itu tidak membuat posisi saya menjadi minus.
Nah pertanyaannya, apakah dividen PTBA mampu mendongkrak kinerja portofolio? Akan saya update akhir Juli ini.
Leave a Reply